This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 19 Juli 2015

Naluri Kepahlawanan (Anis Matta: Mencari Pahlawan Indonesia #2)

Mencari Pahlawan Indonesia karya Anis Matta

Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya kita menyebut para pahlawan itu orang-orang besar.

Itu pula sebabnya mengapa kita dengan sukarela menyimpan dan memelihara rasa kagum kepada para pahlawan. Manusia berhutang budi kepada para pahlawan mereka. Dan kekaguman adalah sebagian dari cara mereka membalas utang budi.

Mungkin, karena itu pula para pahlawan selalu muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk membawa beban yang tak dipikul oleh manusia manusia di zamannya. Mereka bukanlah kiriman gratis dari langit. Akan tetapi, sejarah kepahlawanan mulai dicatat ketika naluri kepahlawanan mereka merespon tantangan-antangan kehidupan yang berat. Ada tantangan dan ada jawaban. Dan hasil dari respon itu adalah lahirnya pekerjaan-pekerjaan besar.

Tantangan adalah stimulan kehidupan yang disediakan Allah untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri manusia. Orang-orang yang tidak mempunyai naluri ini akan melihat tantangan sebagai beban berat, maka mereka menghindarinya dan dengan sukarela menerima posisi kehidupan yang tidak terhormat. Namun, orang-orang yang mempunyai naluri kepahlawanan akan mengatakan tantangan-tantangan kehidupan itu: Ini untukku. Atau seperti ungkapan orang-orang shadiq dalam perang Khandaq yang diceritakan Al-Qur' an,

"Dan tatkala orang-orang beriman melihat golongangolongan yang saling bersekutu itu, (dalam menghadapi orang-orang beriman), mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan ketundukkan." (AI-Ahzab: 22)

Naluri kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang dalam kepada kepahlawanan itu sendiri. Hal itu akan menggoda sang pengagum untuk melihat dirinya sembari bertanya, Apa engkau dapat melakukan hal yang sama? Dan jika ia merasa memiliki kesiapankesiapan dasar, maka ia akan menemukan dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi segenap potensinya untuk tumbuh dan berkembang. Jadi, naluri kepahlawanan adalah kekuatan yang mendorong munculnya potensi-potensi tersembunyi dalam diri seseorang, kekuatan yang berada di balik pertumbuhan ajaib kepribadian seseorang.

Dalam serial Jenius-jenius Islam, Abbas Mahmud Al-Aqqad menemukan kunci kepribadian Abu Bakar As-Shiddiq dalam kata kekaguman kepada kepahlawanan. Kunci kepribadian, kata Al-Aqqad, adalah perangkat lunak yang dapat menyingkap semua tabir kepribadian seseorang. la berfungsi seperti kunci yang dapat membuka pintu dan mengantar kita memasuki semua ruang dalam rumah itu. Dan kita hanya dapat memahami pekerjaan-pekerjaan besar yang telah diselesaikan Abu Bakar dalam kunci rahasia ini. Apakah Anda juga memiliki kunci rahasia itu? Saya tidak tahu.



----------------------------------------------------- 
Sumber:
Anis Matta. Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center


O, Pahlawan Negeriku (Anis Matta: Mencari Pahlawan Indonesia #1)

Mencari Pahlawan Indonesia karya Anis Matta

"Di masa pembangunan ini", kata Chairil Anwar mengenang Diponegoro, "Tuan hidup kembali.
Dan bara kagum menjadi api".

Kita selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita melewati persimpangan jalan sejarah yang curam. Saat itu kita merindukan pahlawan. Seperti Chairil Anwar tahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti juga kita saat ini. Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri ini hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.

Di tengah badai ini kita merindukan pahlawan itu. Pahlawan yang, kata Sapardi, "telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah". Pahlawan yang kata hairil Anwar, "berselempang semangat yang tak bisa mati." Pahlawan yang akan membacakan "Pernyataan" Mansur Samin:

Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan


Maka datang jugalah aku ke sana, akhirnya.Untuk kali pertama. Ke Taman Makam Pahlawan, di Kalibata. Seperti dulu aku pernah datang ke makam para sahabat Rasulullah saw di Baqi' dan Uhud, di Madinah. Karena kerinduan itu. Dan kudengar Chairil Anwar seperti mewakili mereka:

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan


Tulang-tulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid? Ataukah tak lagi ada ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di tahun 1966, "merelakan kalian pergi berdemonstrasi.. karena kalian pergi menyempurnakan..Kemerdekaan negeri ini."

Tulang belulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah, seperti kata Sayyid Quthub, "Kau mulai jemu berjuang, lalu kau tanggalkan senjata dari bahumu?"

Tidak! Kaulah pahlawan yang kurindu itu. Dan beratus jiwa di negeri sarat nestapa ini. Atau jika tidak, biarlah kepada diriku saja aku berkata: jadilah pahlawan itu.


-----------------------------------------------------
Sumber:
Anis Matta. Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center


Download Buku Mencari Pahlawan Indonesia karya Anis Matta

Download Buku Mencari Pahlawan Indonesia karya Anis Matta

Mencari Pahlawan Indonesia merupakan kumpulan dari tulisan "Serial Kepahlawanan" yang dimuat di Majalah Tarbawi. Pembukuan serial tulisan ini bukanlah sebuah proyek mekanik, semacam menjahit sesuatu yang tercerai berai dari rubrik demi rubrik atau edisi demi edisi di Majalah Tarbawi begitu saja. Bukan. Ini adalah pembukuan sebuah serial ide yang khas.

Khas, karena tulisan-tulisan dalam buku ini memadukan antara spirit normatif yang kuat dengan ilustrasi sejarah—peristiwa maupun sosok—yang sangat aplikatif. Tetapi ia tetap bisa hadir sebagai renungan aktual bagi kehidupan saat ini, yang kian kering dari para pahlawan. Antara satu tema dalam serial ini memiliki hubungan dengan tema yang lain. Tapi ia tetap bisa dinikmati judul demi judulnya, tanpa harus terasa terputus dari judul yang lain. Dan, itulah keunggulannya.

Maka, ketika serial itu dikumpulkan dalam satu buku, yang terjadi adalah terangkainya serial-serial itu dalam kedekatan yang lebih bertenaga. Tetapi tetap dengan karakternya. Anda bisa menikmati judul mana saja, dan Anda akan mendapatkan sebuah makna yang mandiri. Atau Anda akan menyelaminya dari awal, satu demi satu, dan Anda juga akan mendapatkan beragam makna dalam satu mata rantai yang utuh.

Vitalitas tulisan dalam buku ini tidak saja bisa diukur dari makna dan filosofinya. Tapi juga dari konsistensinya. Salah satunya, tentu, kehadirannya yang setia di hadapan pembaca Tarbawi selama ini. Empat setengah tahun bukan waktu yang singkat untuk tetap mengeksplorasi sebuah tema besar: kepahlawanan, lalu menuangkannya dalam gagasan yang mendalam tetapi dengan bahasa yang mengalir.

Buku ini memuat 61 artikel dengan judul sebagai berikut.
1. O, Pahlawan Negeriku
2. Naluri Kepahlawanan
3. Keberanian
4. Kesabaran
5. Pengorbanan
6. Kompetisi
7. Filosofi
8. Optimisme
9. Pekerjaan Besar dan Pekerjaan Kecil
10. Vitalitas
11. Menilai Diri Sendiri
12. Momentum Kepahlawanan
13. Keunikan
14. Kesempurnaan
15. Sahabat Sang Pahlawan
16. Determinasi Sosial
17. Di Balik Keharuman
18. Kegagalan
19. Musibah
20. Kesalahan
21. Kekalahan
22. Imajinasi
23. Syubhat Mimpi
24. Firasat
25. Keterhormatan
26. Aib Kepahlawanan
27. Sensitifitas Kepahlawanan
28. Jenak-Jenak Kejujuran
29. Sinergi Kecerdasan
30. Siasat Pengalihan
31. Seni Ketidakmungkinan
32. Setelah Legenda
33. Kemanjaan
34. Pahlawan Melankolik
35. Apresiasi
36. Sukses Kecil ke Sukses Besar
37. Kepahlawanan Kolektif
38. Jebakan Massa
39. Tekanan
40. Karunia Kegagalan
41. Keluarga Pahlawan
42. Pewarisan
43. Menanti Kematangan
44. Pusat Keunggulan
45. Bayangan Sang "Icon"
46. Nila
47. Muara Peradaban
48. Pahlawan Kebangkitan
49. Pahlawan Kejayaan
50. Keterbatasan
51. Di Antara Reruntuhan
52. Perempuan Bagi Pahlawan
53. Gairah yang Membuat Tenang
54. Tragedi Cinta
55. Kebutuhan, Bukan Ketergantungan
56. Cinta di Atas Cinta
57. Harta Bagi Pahlawan
58. Daya Cipta Material
59. Tangan Dingin Sang Zahid
60. Pahlawan Tanpa Harta
61. Bisnis Kehormatan



Berikut ini "Pendahuluan" dari Anis Matta yang diberi judul "Pesan untuk Orang-orang Biasa"

Kumpulan tulisan ini adalah anak-anak zamannya. Lahir saat badai menerpa seluruh sisi kehidupan bangsa kita. Kumpulan tulisan ini adalah kerja kecil untuk tetap mempertahankan harapan dan optimisme kita di tengah badai itu.

Krisis adalah takdir semua bangsa. la tidak perlu disesali. Apalagi dikutuk. Kita hanya perlu meyakini sebuah kaidah, bahwa masalah kita bukan pada krisis itu. Tapi pada kelangkaan pahlawan saat krisis itu terjadi. Itu tanda kelangsungan hidup atau kehancuran sebuah
bangsa.

Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan ke bumi untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali ke langit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis.

Mereka tidak harus dicatat dalam buku sejarah. Atau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Mereka juga melakukan kesalahan dan dosa. Mereka bukan malaikat. Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya. Mereka merakit kerja-kerja kecil jadi sebuah gunung: karya kepahlawanan adalah tabungan jiwa dalam masa yang lama.

Orang-orang biasa yang melakukan kerja-kerja besar itulah yang kita butuhkan di saat krisis. Bukan orang-orang yang tampak besar tapi hanya melakukan kerja-kerja kecil lalu menulisnya dalam autobiografinya. Semangat untuk melakukan kerja-kerja besar dalam sunyi yang panjang itulah yang dihidupkan kumpulan tulisan ini. Maka tulisan-tulisan ini mencoba menghadirkan makna-makna yang melatari sebuah tindakan kepahlawanan. Bukan sekadar cerita heroisme yang melahirkan kekaguman tapi tidak mendorong kita meneladaninya.

Para pahlawan bukan untuk dikagumi. Tapi untuk diteladani. Maka makna-makna yang melatari tindakan mereka yang perlu dihadirkan ke dalam kesadaran kita. Jadi tulisan-tulisan ini adalah pesan untuk orang-orang biasa, seperti saya sendiri, atau juga Anda para pembaca, yang mencoba dengan tulus memahami maknamakna itu, lalu secara diam-diam merakit kerja-kerja kecil menjadi sebuah gunung karya.

Sukses buku ini tidak perlu diukur dengan tiras besar. Tapi jika ada satu-dua hati yang mulai tergerak, dan mulai bekerja, saya akan cukup yakin berdo'a kepada Allah: "Ya Allah, jadikanlah kerja kecil ini sebagai kendaraan yang akan mengantarku menuju ridha dan surga-Mu."


Download Buku Mencari Pahlawan Indonesia karya Anis Matta
DOWNLOAD