This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 26 Maret 2013

Kepada Apa Kami Menyeru Manusia (1) [Hasan Al-Banna]

* Risalah ini pertama kali dimuat oleh Majalah Mingguan Al-Ikhwan Al-Muslimun,No. 2/II, 26 Muharram 1353 H atau 11 Mei 1934, h. 1-3


Pendahuluan
Dalam banyak kesempatan, mungkin Anda pernah berbicara dengan orang banyak tentang berbagai masalah. Anda yakin bahwa semua cara yang mungkin digunakan untuk menjelaskan apa yang Anda inginkan telah Anda lakukan. Anda pun merasa bahwa semua menjadi jelas, sejelas fajar subuh, atau bahkan sejelas matahari di siang hari. Tapi, seketika itu pula Anda mungkin terhenyak karena ternyata para pendengar tidak memahami penjelasan Anda.

Saya telah menyaksikan dan merasakan hal tersebut di banyak kesempatan. Saya percaya bahwa rahasia yang ada di balik itu –tidak akan lebih dari– salah satu dari dua hal berikut ini; pertama, mungkin karena tolok ukur yang digunakan oleh masing-masing kita dalam mempersepsi apa yang ia dengar dan apa yang ia katakan saling berbeda sehingga terjadilah perbedaan pemahaman itu. Atau mungkin juga karena ucapan itu yang samar dan tidak jelas meskipun sang pembicara sendiri yakin bahwa ia telah menyampaikannya dengan sangat jelas. 



Tolok Ukur
Melalui kalimat-kalimat berikut, saya ingin menjelaskan –dengan sejelas-jelasnya– tentang berbagai dimensi dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun meliputi tujuan, sasaran, metode, dan sarana-sarana yang digunakannya. Tapi sebelumnya saya ingin membatasi tolok ukur yang harus digunakan dalam mengukur tingkat kejelasan tersebut, kemudian berusaha menjelaskannya semudah mungkin, sehingga setiap pembaca yang ingin mengambil manfaat dapat memperolehnya. Saya kita, tidak seorang muslim pun akan berbeda dengan saya untuk mengatakan bahwa tolok ukur itu adalah Kitabullah; dialah lautan dari mana kita meraup mutiara kecemerlangan dan referensi menentukan hukum.


Wahai Kaum
Al-Quran Mulia adalah kitab sempurna dimana Allah memadukan dasar-dasar kepercayaan, kaidah-kaidah perbaikan sosial, prinsip-prinsip umum hukum keduniaan, serta sederet perintah dan larangan. Sudahkah kaum muslimin melaksanakan kandungan Al-Quran? Sudahkah mereka meyakini kepercayaan-kepercayaan yang seharusnya diyakini? Benarkah mereka telah betul-betul memahami tujuan-tujuannya? Apakah mereka telah menerapkan system sosial dan sistem-sistem lain yang vital dalam kehidupan mereka?

Apabila dalam pembahasan ini kita sepakat bahwa mereka telah melakukannya, berarti kita telah sampai ke tujuan. Tapi, jika ternyata kita menemukan bahwa mereka masih sangat jauh dari ajaran-ajaran Al-Quran maka merupakan tugas kita untuk bersama-sama kembali ke jalan itu. 



Tujuan Hidup dalam Al-Quran
Al-Quran telah menjelaskan tentang tujuan hidup manusia dan sikap yang semestinya mereka ambil dalam menentukan tujuannya. Al-Quran menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan makan dan kesenangan yang lain sebagai tujuan hidupnya. 


Firman Allah,
Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)

Al-Quran juga menjelaskan bahwa sebagian manusia yang lain menjadikan perhiasan dan kekayaan sebagai tujuan hidupnya. 


Firman Allah,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)

Al-Quran juga menjelaskan bahwa ada sebagian manusia yang menjadikan penyebaran fitnah, kejahatan, dan kerusakan sebagai tujuan hidupnya. Firman Allah,

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 204-205)

Itulah beberapa macam tujuan manusia dalam menjalani hidupnya menurut Al-Quran. Allah telah membersihkan kaum mukminin dari tujuan-tujuan buruk itu dan mencanangkan untuk mereka sebuah tujuan yang lebih mulia dan luhur. Di atas pundak mereka Allah telah meletakkan beban besar yang sangat luhur, yaitu tugas membawa manusia ke jalan kebenaran, membimbing mereka ke jalan kebaikan, menerangi seluruh penjuru dunia dengan matahari Islam.

Dengarlah firman Allah,

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.” (QS. Al-Hajj: 77-78)

Artinya, Al-Quran telah menjadikan kaum muslimin sebagai mandataris-Nya di hadapan umat manusia; memberikan hak kepemimpinan dan kewenangan atas dunia untuk menunaikan mandat suci itu. Jadi, kekuasaan itu adalah hak kita, bukan hak barat atau siapa pun. Keberadannya adalah demi peradadan Islam, dan bukan peradaban materialisme.


Mandat Suci itu Berarti Pengorbanan, Bukan Pemanfaatan
Selanjutnya, Allah menjelaskan bahwa dalam mencapai tujuan suci, kaum muslimin rela menjual jiwa dan hartanya kepada Allah. Dengan keimanannya, mereka merasa tidak berhak lagi atas jiwa dan hartanya. Keduanya telah menjadi wakaf di jalan Allah demi menyukseskan dakwah dan menyampaikannya kepada segenap hati manusia.

Firman Allah,

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS.At-Taubah: 111)

Itulah sebabnya mengapa setiap muslim menjadikan dunianya sebagai wakaf bagi dakwahnya agar ia dapat mendapatkan akhirat sebagai balasan dari Allah atas pengorbanannya. Itu pula sebabnya mengapa seorang pejuang muslim adalah juga seorang guru yang memiliki semua sifat yang semestinya ada pada seorang guru; cahaya, hidayah, rahmat, dan kelembutan. Sehingga pembebasan Islam berarti juga pembebasan demi peradaban, kemajuan, pengajaran, dan bimbingan kepada seluruh umat manusia. Samakah hal ini dengan dominasi Barat sekarang yang mewujud dalam imperialisme dan penindasan?


Di Manakah Posisi Kaum Muslimin dari Tujuan Tersebut?
Demi Tuhanmu, saudaraku tercinta; apakah kaum muslimin memahami makna tersebut dari Al-Quran sehingga jiwa dan ruh mereka naik ke langit ketinggian, terbebas dari perbudakan materialisme, bersih dari syahwat dan ambisi dunia, mengarahkan wajah dengan lurus kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, menegakkan kalimat Allah dan berjuang di jalan-Nya, serta menyebarkan agama dan membela syariat-syariat-Nya?

Ataukah mereka justru telah menjadi tawanan syahwat dan budak keserakahan, dimana mereka hanya memikirkan makanan lezat, kendaraan megah, perhiasaan mewah, tidur nyenyak, istri cantik, penampilan parlente, dan gelaran-gelaran palsu?

Mereka sudah cukup senang dengan mimpi-mimpi dan teruji dengan keberuntungan
Mereka bilang menyelami laut perjuangan tapi mereka tak teruji

Sungguh benar ketika Rasulullah bersabda, 

Celakalah hamba Dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba selimut.” (HR. Bukhari)


Tujuan adalah Dasar, Perbuatan adalah Buahnya

Tujuan adalah dasar yang mendorong kita sepanjang perjalanan. Tapi karena tujuan itu masih samar bagi umat kita maka adalah wajib bagi kami untuk menjelaskannya dan membatasinya. Saya kira, kami telah menjelaskan banyak hal. Kita telah sepakat bahwa tujuan kita adalah memimpin dunia dan membimbing manusia kepada ajaran Islam yang syamil, dimana manusia tidak mungkin menemukan kebahagiaan kecuali bersamanya.

Setelah mengetahui hal ini, wahai pembaca yang terhormat, maka katahuilah bahwa tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah menyeru umat manusia untuk menggapainya, dimana Al-Quran juga telah menyerukan hal itu.

Maka Barangsiapa yang mengikutiku maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan barangsiapa yang mendurhakai aku maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 36) 

Apabila umat Islam telah memahami tujuan ini dan berkonsentrasi menggapainya, maka hal itu sudah cukup untuk membuka tabir kelalaian dalam diri mereka. Hal itu sudah cukup untuk menunjukkan titik-titik kelemahan mereka, membimbing umat menuju kebahagiaan yang dapat menyejahterakan kehidupan, memperbaiki kondisi masyarakat,dan merealisasikan harapan-harapannya. 

Itulah yang akan kita bahas pada edisi selanjutnya, insya Allah.


Dikutip dari:
Buku Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il, Imam Hasan Al-Banna

Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il Imam Hasan Al-Banna


Kamis, 14 Maret 2013

Kata Pengantar Buku Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il Imam Hasan Al-Banna, Oleh Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Al-Ustadz Muhammad Mahdi Akif

Kata Pengantar Buku Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il Imam Hasan Al-Banna, Oleh Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Al-Ustadz Muhammad Mahdi Akif

Kata Pengantar Buku
Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il Imam Hasan Al-Banna
Oleh Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Al-Ustadz Muhammad Mahdi Akif


Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wash-shalatu was-salamu ‘ala asyrafil mursalin sayyidina Muhammadin al-mab’uts rahmatan lil ‘alamin wal hadi ila shiratillahil mustaqim, amma ba’du.

Ini adalah warisan Imam Hasan Al-Banna –ridhwanullahi ‘alaihi, lelaki yang dengannya, Allah memperbarui Islam di abad ke-empat belas Hijriyah. Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini di awal setiap seratus tahun orang yang memperbarui agama mereka.” (HR. Abu Daud)

Kami yakin bahwa Imam Al-Banna –ridhwanullahi ‘alaihi– adalah pembaru abad ini, wala nuzakkin ‘alallahi ahada.

Para guru besar yang terhormat, para ulama, dan pejuang yang hidup semasa dengannya dan berinteraksi dengannya telah memberikan kesaksian untuknya. Syekh Muhibbuddin Al-Khatib –rahimahullah– berkata, “Ustadz Hasan Al-Banna merupakan umat tersendiri dan sebuah kekuatan yang dulu aku dambakan ada di dalam jiwa mukmin. Namun, tidak aku temukan kecuali pada hari itu ketika aku mengenalnya di sebuah ruang bersahaja. Saat itu aku adalah seorang anak binaannya pada hari dimana terungkap antara aku dan diriku sebuah kebutuhan Islam pada seorang dai yang kuat lagi penyabar dan tangguh ini, yang memberikan kepada dakwah ini dari dirinya hal-hal yang memang sedang dibutuhkannyam yaitu kekuatan, keluwesan, keseriusan, kesabaran, ketegaran, dan seterusnya.”

Semoga Allah merahmati Imam Hasan Al-Banna dengan rahmat yang luas. Beliau telah membimbing umatnya pada umumnya dan pengikut-pengikutnya pada khususnya, kepada banyak hakikat, menghidupkan di tengah mereka makna-makna yang sebelumnya telah mati, dan berbagai persoalan yang telah terpelajari. Beliau bangkitkan kembali semangat dan tekad.

Beliau telah berbicara tentang urusan agama dan dunia dalam waktu bersamaan. Beliau pindahkan dakwahnya itu dari lingkup dakwah khusus – atau dakwah diniyah di masjid-masjid dan pojok-pojok – ke dakwah ‘ammah di jalan-jalan protocol, warung-warung kopi, klub-klub, organisasi-organisasi, dan seluruh pertemuan formal dan informal di masyarakat.

Sebagaimana beliau juga mengarahkan dakwahnya kepada orang-orang dengan berbagai tingkat intelektual dan strata sosialnya. Beliau dakwahi akademisi, politisi, ulama, orang jahil buta huruf, dan mahasiswa, sebagaimana beliau juga mendakwahi pria dan wanita, semuanya.

Beliau juga menyandang sifat-sifat agung sehingga terhimpunlah dalam dirinya ilmu para ulama, kezuhudan kaum zuhud, ketakwaan para muttaqin, kepiawaian para politikus, kecerdasan para leader, pengalaman para aktivis sosial, ketulusan para pendidik, dan keberanian para prajurit.

Karena itu, Imam kita ini telah memberikan pengaruh besar kepada generasi yang berguru kepadanya di madrasahnya itu dan lulus dari ujiannya. Beliau lahirkan sejumlah tokoh yang sangat mirip dengan generasi awal dalam keseriusan dan pengorbanan, kesabaran dan ketabahan, pengorbanan dan jihad. Maka muncullah satu generasi yang mengisi kehidupan islami di seluruh aspeknya. Dari generasi ini pula lahir ulama-ulama besar, para dai pembaharu, para leader yang ulung, dan tentara-tentara yang tangguh. Pengaruh mereka itu telah meluas di kawasan Arab Islam bahkan dunia seluruhnya, dan pengaruh ini masih terus berlangsung. Merekalah sebenarnya pencipta kebangkitan kembali kaum muslimin dewasa ini.

Ketika terjadi krisis yang sangat buruk dan berbagai bencana, mereka tampil memberikan keteladanan yang luar biasa dalam hal ketegaran di atas kebenaran dan tidak bergeser walau seruas jari; betapapun mereka dizalimi oleh bughat dan dianiaya para thaghut. Mereka lebih memilih penjara-penjara gelap daripada harus berjalan dalam barisan orang-orang yang menzalimi mereka dan umatnya, sebagimana yang dilakukan oleh Yusuf As-Shiddiq sebelum itu, saat beliau mengucap, “Tuhan, penjara itu lebih aku sukai disbanding apa yang mereka mengajakku kepadanya” (QS. Yusuf: 33).

Akan tetapi, boleh jadi suatu madharat berubah menjadi manfaat. Krisis yang sangat buruk itu justru memberikan pengaruh dalam meneguhkan kebenaran di dalam jiwa, sebagaimana ia juga membantu penyebaran dakwah dan memacunya ke cakrawala baru. Allah telah menyiapkan sebagian murid dan pecinta Imam Al-Banna untuk mengungkap satu sisi dari warisan Imam Al-Banna, yaitu juz khusus yang ditulis Imam Al-Banna berkaitan dengan pemikiran dan dakwah, setelah terbitnya bagian khusus syar’i dalam empat juz.

Warisan yang ada di hadapan Anda ini terhitung tulisan Imam Al-Banna yang terpenting. Di dalamnya beliau menjelaskan fikrahnya dan mempertegas rambu-rambu dakwah, mempertegas sikap, menjawab tipu daya musuh dan orang-orang yang selalu mengintai, menjawab pertanyaan orang-orang yang minta penjelasan. Karena itu, tulisan-tulisannya memuat akidah, hadits, tafsir, quran, fikih, fatwa, akhlak, sirah nabi, ceramah, nasehat, bimbingan, tasawuf, dan event-event Islam lainnya. Sebagaimana juga menjelaskan dasar-dasar kebangkitan Islam modern, pilar-pilar, karakteristik, sikap Islam terhadap berbagai aliran dan pemikiran.

Imam Al-Banna juga memberikan perhatian kepada fenomena penyimpangan sosial sangat berbahaya yang melanda Mesir pada tahun tiga puluh – empat puluhan di abad ke-20, seperti merebaknya pelacuran, narkoba, pornoaksi, dan pornografi.

Beliau telah mengemukakan konsep perbaikan di seluruh aspek kehidupan sosial. Beliau kemukakan hal itu dalam tarbiyah (pendidikan) dan taklim (pengajaran) dalam konsteks pendidikan karakter dan perilaku, tentang perempuan dan keluarga, dan seterusnya.

Beliau juga mempresentasikan konsepnya dalam reformasi politik dalam negeri. Menyoroti aspek terpenting dalam kehidupan Mesir, beliau jelaskan cara menghadapi penjajahan Inggris dan pendudukan politik. Beliau serukan untuk bersatu dan meninggalkan perpecahan partai, untuk lebih memperhatikan menghadapi realitas politik secara islami, menyerukan penerapan syariat Islam, menjelaskan hubungan antara agama dan politik, serta menyeru para penguasa, kepala negara, dan para menteri akan pentingnya reformasi politik dan kebebasan.

Berangkat dari ukhuwah islamiyah, beliau kemukakan problematika dunia Islam. Beliau menyerukan bangsa-bangsa Islam di Indonesia, Pakistan, India, Yaman, Syiria, Libia, Maroko, Arab, dan Sudan untuk bersatu dan saling membantu tercapainya kemerdekaan dan kebangkitan. Beliau mengecam penjajahan asing di kawasan Arab dan negara-negara Islam. Beliau bongkar berbagai konspirasi yang dilakukan oleh zionisme internasional, komunisme, dan salibisme. Beliau sampaikan juga problematika Palestina dan menyeru negara-negara Arab dan Islam, baik bangsa maupun pemerintah akan mendesaknya advokasi bagi bangsa Palestina, untuk membuka pintu jihad bagi kemerdekaan bumi Palestina.

Dalam waktu yang sama, beliau saat itu mengenalkan dakwah ini, karakteristik, tujuan, tahapan, perangkat, dan sarananya, serta berbagai sikapnya terhadap pemerintah, lembaga, dan partai-partai.

Ikhwan telah melakukan yang terbaik pada saat mereka mengemukakan sebagian khutbah, makalah, dan surat-surat khusus yang ditujukan kepada keluarga, saudara, dan semua orang yang berinteraksi dengannya sehingga para pembaca dan peneliti dapat mengenali sebagian sisi cemerlang dari kepribadian imam kita.

Semoga Allah merahmati Imam Al-Banna yang telah meninggalkan warisan yang dapat dijadikan sebagai rambu bagi setiap orang yang hendak meniti jalan dakwah ilallah. Oleh karena itu, meupakan suatu kewajiban bagi generasi dakwah dewasa ini untuk menelaah warisan tersebut dan mempelajarinya secara baik kalau memang mereka ingin menghidupkan keagungan Islam.

Semoga Allah menerima dan memberikan keberkahan atas kerja keras Ikhwan ini dan menjadikannya dalam timbangan kebaikannya, sebagaimana kami harap setiap Akh yang punya sesuatu dari warisan imam kita ini untuk berbagi kepada Ikhwan lainnya.

Dan akhir dari doa kami, alhamdulillahi rabbil ‘alamin.



Dikutip dari:
Buku Risalah Pergerakan, Majmu'atu Rasa'il, Imam Hasan Al-Banna